Langsung ke konten utama

Strategi Mewujudkan Resolusi Tahun Baru

Halo IdeNovator!

Wah udah mau tahun baru aja, belum resolusi tahun ini gue jalanin.
Bener ngga sih? gue sendiri juga begitu sih kenyataannya haha.
Ada beberapa resolusi tahunan yang terus terulang dari tahun ke tahun. Mungkin beberapa dari kalian juga ada yang ngalamin hal yang sama misalnya “Baca satu buku setiap minggu” “Belajar setiap hari.” dan lain-lain.
Contohnya kalo di list gue adalah “Lari pagi setiap minggu.” Satu kalimat tersebut selalu berulang kali hadir di resolusi tahunan gue, tapi kenapa sih ngga pernah gue jalanin? Setelah gue coba analisis, gue sadar kalo selama ini walaupun gue udah nyoba lari pagi berulang-ulang kali, gue ngga pernah ngejadiin lari pagi itu sebagai habit.
Untungnya, kemarin gue baru selesai baca satu buku yang judulnya “The Power of Habit” karangan dari Charles Duhigg. Di buku ini, Charles ngejelasin tentang gimana sih konsep suatu kebiasaan bisa terbentuk. Nah, pada hari ini gue bakalan sharesebenernya gimana sih cara membuat habit itu dan gimana biar resolusi tahunan yang selalu terulang itu bisa terlaksana di tahun depan.

The Habit Loop


The Habit Loop (metagraf.co)

Saat pertama kita melakukan sesuatu, otak kita masih aktif sepenuhnnya dalam menjalankan suatu proses. Namun, sebuah pola kebiasaan akan terbentuk ketika kita udah ngejalanin proses tersebut selama beberapa kali. Fungsi kognitif dari otak akan diam dan digantikan oleh gerakan otomatis dimulai pada saat proses tersebut dipicu hingga ada reward yang kita terima.
Contohlah dari pengalaman naik sepeda. Pada masa-masa awal kita belajar naik sepeda, kegiatan ini akan terasa berat dan melelahkan karena otak kita sadar secara sepenuhnya. Namun, ketika kita udah terbiasa, otak kita udah ngga pegang kendali secara sepenuhnya lagi dan bisa dijalankan secara otomatis. Hal ini disebabkan oleh habit yang udah terbentuk sehingga kita udah ngerasa biasa aja gitu kalo naik sepeda.
Semakin sering kita menerima reward dari kegiatan yang kita lakukan, akan semakin peka diri kita untuk mengantisipasi pemicu-pemicu selanjutnya dan habit tersebut akan terasa lebih mudah untuk dijalankan.
Sekarang gue akan ngejelasin per-bagian secara detail yaitu:

1. Cue/Pemicu

Ketika kita ingin menciptakan sebuah habit, pemicu ini gunanya adalah untuk menyadarkan otak kita bahwa suatu habit akan segera dimulai, sehingga otak kita ngga perlu fokus sepenuhnya kepada kegiatan tersebut. Pemicu bisa berupa beberapa hal, seperti:
a) Lokasi
b) Waktu
c) Perasaan emosional
d) Orang lain
e) Kegiatan sebelumnya
Contoh dari pemicu untuk kegiatan lari pagi adalah
a) Dimana kita melakukan habit tersebut?
Lapangan Unpad
b) Jam berapa kita melakukan habit tersebut?
Jam 7 – 9 pagi setiap hari Minggu
c) Apa perasaan yang kita rasakan ketika ingin melakukan habit tersebut?
Bersemangat untuk lari
d) Dengan siapa kita akan melakukan habit tersebut?
Bersama si dia hahaha
e) Apa kegiatan yang kita lakukan sebelum melakukan habit tersebut?
Pemanasan secara ringan
Kita juga bisa menambahkan suatu barang untuk mengingatkan kita kepada sebuah habit. Misalnya, kita meletakan sepatu lari kita di sebelah tempat tidur, sehingga ketika kita bangun tidur, kita akan teringat untuk lari pagi. Semakin kuat suatu pemicu, akan semakin mudah kita dalam melakukan sebuah kebiasaan.

2. Routine/Rutinitas

Rutinitas (metagraf.co)
Rutinitas ini adalah sebuah kegiatan utama yang kita lakukan dalam sebuah habit. Misalnya adalah lari pagi, membaca buku, meditasi, dan lain-lain.

3. Reward/Hadiah

Reward merupakan sesuatu yang kita rasakan ataupun lakukan ketika diri kita telah selesai melakukan sebuah rutinitas. Misalnya ketika kita selesai lari pagi, kita selalu minum Pocari Sweat, nah si Pocari ini bertindak sebagai reward dari kegiatan yang telah kita lakukan. Kita bisa melakukan sebuah eksperimen dengan cari mengganti rewardyang kita terima. Misalnya pada minggu pertama kita minum Pocari, lalu minggu kedua kita minum teh manis, dan seterusnya. Lalu kita bisa bandingkan mana reward yang membuat kita ketagihan dan cocok dengan kebiasaan lari pagi.

Kesimpulan

Setelah kita mengidentifikasi cue dan reward tersebut, kita harus menyiapkan sebuah mantra. Mantra ini bertujuan sebagai pemicu yang dapat membuat kita lebih berkomitmen untuk melakukan sebuah kebiasaan.
Tulislah mantra seperti ini dan simpan di tempat yang biasa kamu lihat, misalnya wallpaper HP ataupun di kamar.
“Setiap hari disaat (pemicu terjadi) gue akan melakukan (rutinitas)”
Baca kalimat tersebut setiap hari maka kita akan lebih mudah dan terbiasa untuk berkomitmen membuat sebuah kebiasaan baru!

About the author
Gilang Agustiar

An avid learner that passionate on reading, thinking, and writing. Student at Entrepreneurship SBM ITB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki