Langsung ke konten utama

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mulai Beriklan di Media Sosial?

Banyak yang bilang pasang iklan (khususnya di internet) itu kayak bakar duit.

Katakanlah dalam sebulan itu Anda bisa habis ratusan ribu, bahkan sampai ratusan juta Rupiah hanya untuk beriklan di Facebook.
Lalu hasilnya?
Modal terkuras banyak, tapi perkembangan bisnis tetep stagnan atau bahkan menurun karena kebanyakan bakar duit.
Mau untung, eh malah buntung.
Sebetulnya saya gak mengharamkan jalan pintas lewat advertising.
Justru sangat direkomendasikan karena memang beriklan di media sosial, itu bisa memberikan hasil yang efektif. Seru lagi…

Tapi hati-hati kalau sampai terlalu banyak bakar duit…

Karena dalam berbisnis, selain Anda dituntut untuk terus disiplin, konsisten, jago-jagoan strategi, tentunya Anda juga harus mengutamakan yang namanya efficiency cost.
Efisiensi biaya sangat penting, apalagi untuk perkembangan bisnis kecil-menengah.
Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efficiency cost adalah dengan mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan advertising atau pemasangan iklan.
Jangan sampai deh kita kehabisan modal cuma karna habis beriklan di media sosial.

Lain halnya kalau modal kita memang terbatas

“Jangankan bakar duit. Untuk beriklan di Facebook aja gua masih mikir-mikir.”
Saya yakin cukup banyak dari kita yang mengalami hal seperti ini.
Kadang-kadang kita harus mikir berkali-kali untuk mengiklankan promosi lewat media sosial.
Sudah mikir panjang, eh akhirnya malah gak jadi ngiklan karena ragu kalau hasilnya nanti malah gak efektif dan cuma buang-buang duit.
Pernah mengalami, bro? Atau sedang mengalaminya saat ini?
Jangan khawatir.
Lewat artikel ini saya akan mencoba memberikan pencerahan tentang waktu terbaik dalam memasang iklan di media sosial.

#1. Ketika mau bangun audience dari nol dengan cepat

Jujur, bangun audiens dari nol secara organik itu susahnya bukan main.
Bukan susah soal strateginya, tapi proses pengerjaannya yang butuh kedisiplinan dan kerja keras.
Dan waktu yang lamaaaa!
Harus rajin ‘nyenggol’ audiens satu-satu.
Cari partner yang mau jadi buzzer.
Bikin konten untuk partner Anda agar mereka mau nyebut nama brand Anda.
Harus ini, harus itu.
Dan konten berkualitas aja belum cukup untuk bisa menarik para audiens.
Percuma kan kalau Anda punya konten yang menarik, tapi gak ada 1 orang pun yang tau.
Ibaratnya Anda memberikan motivasi tentang perjuangan tapi di tengah ruang kosong. Gak ada siapapun yang dengerin.
Beruntungnya sekarang sudah ada cara lain untuk mengumpulkan audiens dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dengan memasang iklan di media sosial.
Bahkan waktunya akan menjadi sangat singkat jika Anda punya dana yang cukup dan sudah menguasai teknik advertising.
Teknik itu ada berbagai macam.
Mulai dari targeting audience harus tepat sasaran, hingga menganalisis perkembangan iklan yang sudah berjalan.

Untuk itu…

Buat Anda yang saat ini baru membuat brand atau bisnis yang baru, gak ada salahnya untuk mencoba beriklan di media sosial.
Tapi pastikan dulu setidaknya Anda sudah menguasai ilmu dasarnya.

#2. Ketika mau membedakan antara segmen pasar

Sepertinya hampir setiap bisnis itu punya beberapa segmen pasar meskipun bisnis tersebut punya ‘niche’nya masing-masing.
Toko online yang jual kaos polos untuk target market anak muda (niche), ternyata ada bagiannya lagi di dalamnya.
Misalnya untuk segmen pasar berdasarkan jenis kelamin.
Atau tipe bahan kaos berdasarkan kualitasnya.
Ada yang suka kualitas tinggi, ada yang mengutamakan harga murah.
Sedangkan untuk blog bisnis seperti Digitalinbro.
Ada audiens yang suka konten berbau motivasi, ada yang suka artikel tentang sosial media marketing saja, ada yang suka dengan semua konten, dan sebagainya.
Kuncinya, Anda harus pandai mengetahui segmen audiens apa saja yang terdapat dalam bisnis Anda masing-masing.
Semakin targeted audiensnya, maka semakin bagus untuk kebutuhan bisnis Anda nantinya.

Bingung?

Begini.
Ilustrasikan Anda adalah seorang pengrajin lampu hias dengan berbagai model yang sudah menguasai pasar di daerah Yogyakarta misalnya.
Lalu, Anda ingin agar bisnis lampu hias ini dikembangkan sampai ke daerah Aceh.
Maka sebelum terjun ke Aceh, Anda memutuskan untuk mengetahui dulu seberapa tinggi minat masyarakat Aceh terhadap lampu hias yang Anda jual.
Kalau gitu, gimana caranya Anda mencari tahu dengan cara yang se-efektif mungkin?
Datang ke Aceh langsung dengan membawa-bawa banyak lampu hias, lalu menanyakan pendapat setiap orang secara satu-satu?
Repot, bro!
Nah, dengan menggunakan iklan di media sosial, Anda bisa menargetkan masyarakat Aceh langsung dari Yogyakarta.
Tanpa perlu bawa lampu hiasnya, tanpa perlu ke Aceh dulu nanyain orang satu-satu.

Begitu juga dengan bisnis dan kebutuhan lainnya.

Yang jual kaos polos, lagi mau ngadain promo Valentine khusus untuk perempuan, bisa memasarkan promonya lewat iklan di Facebook.
Yang jualan dodol lapis bisa memasarkan segmen pasarnya yang berada di luar kota.
Intinya, kalau saat ini Anda sedang membutuhkan pemasaran berdasarkan segmen pasar yang berbeda-beda, maka cobalah pasang iklan di media sosial.
Bisa berdasarkan lokasi, usia, hobi, bahkan hingga smartphone yang digunakan.

#3. Ketika kita ingin naikin organic traffic

“Loh kok naikin organic traffic lewat advertising? Jadinya gak organic dong?”
Sebelumnya saya juga sempat berpikir seperti itu.
“Ketika kita melakukan advertising ya artinya yang meningkat hanya traffic berbayar saja.”
Tapi setelah diteliti lebih lanjut, ternyata dengan melakukan advertising juga meningkatkan organic traffic.
Ketika kita ingin naikin organic traffic
digitalinbro.com

Hal ini terjadi karena konten yang diiklankan secara berbayar menjadi ‘umpan’ untuk menarik engagement (komentar, share, like) dari audiens.
Lalu ketika konten Anda telah memiliki banyak engagement dari paid traffic, maka Facebook akan menganggap bahwa konten Anda itu menarik dan layak untuk dimuat di news feed banyak orang (bagian atas).
Setelah banyak orang yang melihat konten Anda karena telah menduduki posisi atas di news feed, maka terciptalah organik traffic.
Ketika kita ingin naikin organic traffic
digitalinbro.com

#4. Ketika lagi mau ngadain compelling offer
Compelling offer itu berarti penawaran atau promosi yang sulit untuk ditolak.
Sebutlah seperti buy 1 get 1, diskon 70%, give away, kontes berhadiah, atau mungkin penawaran-penawaran menarik lainnya.
Yang harus diperhatikan ketika ingin mengiklankan sebuah promosi, adalah memastikan bahwa promosi tersebut harus benar-benar menarik.
Alias compelling offer.
Kan lucu kalau Anda sudah menghabiskan banyak dana untuk mengiklankan sebuah event, ternyata event atau promosi tersebut hanya sedikit orang yang mengikuti.
Bukan karena salah targeting iklan.
Tapi karena memang promosi tersebut kurang menarik atau terlalu membuat ribet audiens.
Maka dari itu, pastikan bahwa untuk meningkatkan efisiensi biaya, ada baiknya Anda mengiklankan konten promosi yang benar-benar menarik bagi audience.

Kapan sebaiknya saya berhenti beriklan di media sosial?

Beriklan di media sosial itu seru.
Sudah banyak pebisnis yang mampu meraih target-targetnya lewat cara ini.
Mulai dari meningkatkan followers, engagement seperti likes dan komentar, hingga terjadinya penjualan.
Memasang iklan di media sosial memang memberikan kita hasil yang cukup terlihat (likers atau followers misalnya).
Bahkan dalam jumlah yang tinggi.
Tapi hati-hati.
Jumlah followers atau likers bukan satu-satunya.
Anda mampu meningkatkan kuantitas, belum tentu Anda bisa meningkatkan audiens dan traffic secara kualitas.
Nah ini yang harus diperhatikan.
Audiens dan traffic yang memiliki kualitas tinggi akan memberikan dampak yang lebih berarti.
Gak cuma sekedar jumlah konten yang mereka share, tapi juga jumlah produk yang mereka beli dari Anda.

Kuncinya dalam beriklan di media sosial…

Adalah menyesuaikan dengan kebutuhan dan situasi Anda masing-masing saat ini.
Jangan karena terdorong nafsu ingin cepat-cepat sukses, maka jalan pintas apapun Anda lewati.
Karena sebanyak apapun modal yang Anda punya, dalam berbisnis, efficiency cost nomor 1.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha