Langsung ke konten utama

Apakah Kamu Mengendalikan Pikiranmu Atau Pikiranmu Mengendalikan Dirimu?

Halo IdeNovator!

Pernahkah kamu berpikir jika dalam hidup ini tidak ada yang namanya kebetulan?
Itulah yang sering aku pikirkan selama ini. Tapi memang, pada dasarnya setiap kejadian yang ada dalam hidup kita merupakan hasil dari keputusan kita untuk bertindak. Pikiran positif dan negatif akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan itu. Ada kalanya kita beranggapan jika kekacauan yang terjadi disebabkan oleh keadaan di sekitar kita, tanpa melihat ke dalam diri sendiri terlebih dahulu.
Nah, kalau begitu bisa dikatakan kalau manusia itu tercipta dan binasa oleh dirinya sendiri. Lho, bagaimana bisa? Begini penjelasannya. Pertama, dengan pikiran, seseorang bisa mengasah senjata yang bisa melukai. Tentu saja, jika pikiran kita selalu negatif terhadap sesuatu, maka hasilnya pun akan negatif. Namun, ia juga dapat menciptakan fondasi untuk membangun rumah surgawi, kegembiraan, kekuatan dan kedamaian dalam jiwa kita.
Penjelasan di atas aku dapat dari sebuah buku karya James Allen. Yup! As A Man Thinketh. Buku keren ini tidak hanya berhasil mengubah hidup aku, tapi menambah pengetahuan tentang konsep pikiran manusia. Buku ini terdiri dari tujuh bahasan pokok, yaitu: pikiran dan karakter, efek pikiran pada keadaan, efek pikiran pada kesehatan dan tubuh, pikiran dan tujuan, faktor pada keberhasilan, visi dan cita-cita serta yang terakhir perihal keheningan.
Nah, mungkin teman-teman juga pernah membaca buku ini dan merasakan langsung manfaatnya, seperti saya. Yang paling saya ingat dari buku ini adalah sebuah kutipan menarik dari James Allen:
“Benak manusia bisa diibaratkan sebagai kebun, yang bisa dirawat dengan penuh keahlian atau malah dibiarkan tak terurus. Baik ia dirawat atau pun diabaikan, kebun itu akan hidup terus. Jika tak ada benih bermanfaat yang ditanam, rumput liar akan tumbuh dan beranak pinak.”
Kutipan itu menjelaskan bahwa setiap orang pada dasarnya adalah tukang kebun bagi jiwanya. Kita merupakan sutradara kehidupan kita sendiri. Kita yang merawat kebun-kebun batin kita, membersihkan segala pikiran kota kita dan menaburnya dengan benih-benih unggul. Keren kan? Hehe.
Okay. Sekarang aku mau berbagi sama kalian tentang apa yang aku dapat dari buku ini. Mau tahu?

1. Tidak ada kebetulan dalam hidup ini

Itulah konsep pemikiran pertama yang terbenam dalam pikiranku ketika pertama kali membaca buku ini. Semua momen yang kita alami adalah buah dari apa yang kita tanam. Misalkan, kita menanam benih jeruk. Tentu yang akan tumbuh adalah pohon jeruk, tidak mungkin yang tumbuh menjadi pohon apel. Artinya, ketika kita menanam kebaikan, pasti yang akan tumbuh adalah kebaikan juga. Begitu pun sebaliknya. Ketika kita menanam kejelekan, yang tumbuh adalah kejelekan juga. Sederhana bukan?

2. Pikiran kita mempengaruhi keadaan

Menurut pandangan buku ini, saat kita sadar bahwa kita adalah kekuatan kreatif dan kita bisa mengolah tanah kebun jiwa kita, disitulah setiap orang menjadi tuan yang berkuasa atas dirinya sendiri. Kebun jiwa kita dikendalikan oleh pikiran kita sendiri. Ketika kita berpikir bahwa sesuatu sulit untuk dilakukan, semua anggota tubuh kita akan merespon hal yang sama.
“Tubuh adalah hamba pikiran. Tubuh akan selalu mematuhi perintah pikiran, baik yang diberikan dengan sengaja maupun otomatis…”
Mungkin kebun jiwa kita akan layu dan gersang. Aku menyebut kondisi ini sebagai titik kemalasan. Nah, oleh karena itu, keadaan tersebut harus diubah. Dengan mengendalikan pikiran kita untuk tidak berpikir negatif terlebih dahulu. Jadilah tuan untuk menguasai keadaan.

3. Fokus pada tujuan

“Saat mulai merefleksikan kondisi kita dan mencari dengan seksama Sang Hukum yang menjadi dasar pembentukan diri sendiri, kita akan menjadi tuan yang bijaksana… dan memfokuskan pikiran kita hanya kepada isu-isu yang bermanfaat.”
Pernah kah teman-teman “salah fokus”? Yup. Salah fokus disini berarti ketika kita sudah menetapkan suatu tujuan tertentu, tapi malah melakukan kegiatan lain yang tidak bermanfaat bahkan menyimpang. Di buku ini diajarkan agar kita bisa menjadi seorang tuan yang bijaksana. Artinya, memfokuskan pikiran kita kepada isu-isu yang bermanfaat saja. Memang membutuhkan proses yang lumayan lama, tapi jika dilatih terus menerus, hidup kita akan semakin lebih produktif.

Kesimpulan

Kesimpulan dari apa yang aku dapat dari buku As A Man Thinketh ini adalah bahwa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, karena pikiran kita memutuskan atas konsekuensi yang akan terjadi. Kedua, pikiran kita akan mempengaruhi keadaan. Selalu berpikir positif dan menanam kebaikan menjadi kunci utama agar tubuh kita meresponnya dengan baik. Ketiga, berfokus pada tujuan harus dikontrol oleh pikiran kita terhadap isu-isu yang bermanfaat saja, agar tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia, dan menjadi manusia yang produktif.
“Self-control is strength. Right thought is mastery. Calmness is power. ”
― James AllenAs a Man Thinketh




About the author

Reffa Adyla Putri


"Jangan jadikan sesuatu ke gagalan sebagai ketakutan untuk mengulang nya kembali,Sehingga anda tak mau mencoba nya lagi,Tapi jadikan lah ke gagalan sebagai awal ke suksesan untuk menjadi yang lebih baik dari sebelum nya ."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki