Langsung ke konten utama

Bagaimana Cara Menghasilkan Inovasi Yang Mengubah Dunia

Halo IdeNovator!

“Every moment in business happens only once.”
Tak ada perusahaan besar di dunia ini yang memiliki jalan yang sama. Selalu ada pembeda diantara mereka, begitu juga dengan startup-startup yang akan muncul di masa depan. Dalam buku ini disampaikan, Bill Gates selanjutnya tidak akan membangun Operating Sistem lagi, Larry Page selanjutnya tidak akan membangun search engine lagi begitu juga Mark Zuckerberg selanjutnya membuat sosial media lagi. Jika kalian kembali membangun startup yang sama, maka kalian tidak pernah belajar dari mereka.
Perusahaan-perusahaan sekelas MicrosoftGoogle dan Facebook bukan sekedar hanya membuat sebuah bisnis yang menghasilkan untung. Tetapi yang mereka lakukan adalah menciptakan masa depan, menghasilkan penemuan yang dapat mengubah dunia. Inilah yang dimaksud dengan Zero to One, dari sesuatu yang tidak ada dan tidak terpikirkan oleh orang lain menjadi sebuah produk yang menjadikan dunia lebih baik.
Buku karangan Peter Thiel ini menceritakan banyak hal mengenai insight yang diambil dari proses yang dilalui startup-startup di Silicon Valley pada tahun 90an hingga awal abad ke 21. Mulai dari cara berpikir para founder pada masa itu hingga manajemen yang dilakukan oleh team startup yang baru didirikan.
Ada beberapa hal menarik yang diceritakan oleh Piter Thiel dalam bukunya ini:

1. Monopoli Pasar

Dalam dunia startup, anda harus mengejar monopoli pasar, bukan melakukan persaingan dengan perusahaan yang sudah ada. Sama halnya dengan yang dilakukan google saat ini, memonopoli search engine diseluruh dunia kemudian menciptakan produk-produk baru untuk mempertahankan pasar monopolinya. Inovasi tanpa henti adalah kunci untuk melakukan monopoli pasar.

2. Don’t Disrupt

Buat yang belum tau, disrupt yang dimaksud disini adalah menghasilkan sebuah produk baru yang bisa jadi menantang kompetitor lama, mengubah kebiasaan yang sudah ada di masyarakat atau bahkan melawan aturan dari pemerintah.
Kebanyakan startup yang melakukan disrupt melalui banyak permasalahan dan akan sulit menang ketika melawan kompetitor besar atau aturan yang ada. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah startup haruslah mencari nieche market (celah pasar). Seperti yang dilakukan PayPal ketika didirikan, ia hanya menarget pembeli pada eBay, orang akan lebih suka membeli sesuatu secara online dengan membayarnya secara online juga dibandingkan harus membayar melalui bank.

3. Follow The Money

Startup membutuhkan investor untuk melakukan ekspansi atau menghasilkan product yang lebih baik lagi. Biasanya venture capital mengumpulkan uang dari orang-orang kaya kemudian menginvestasikan uangnya pada startup potensial untuk memperoleh kepemilikan dari startup tersebut. Harapannya jika startup tersebut mencapai IPO, investor tersebut dapat exit dengan memperoleh berkali-kali lipat dari nilai yang diinvestasikannya. Jika pun startup tersebut gagal, mereka masih punya cadangan investasi pada startup lain.

4. Focus On Product, Not Sales

Sebuah startup haruslah terus berinovasi tanpa henti untuk mengembangkan produknya menjadi lebih baik, inilah sebabnya kantor-kantor startup itu biasanya di desain sangat keren dan nyaman, hal ini karena inovasi membutuhkan kreatifitas dan kreatifitas akan muncul dari suasana yang nyaman.
Hawlett-Packard memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi startup, perusahaan ini pada tahun 1991 bernilai USD 9 Miliar, kemudian setelah beberapa penemuannya pada dekade tersebut seperti DeskJet, OmniBook dan OfficeJet, pada pertengahan 2000 HP bernilai 135 Miliar. Tetapi sejak saat itu HP mulai fokus pada services dengan membuka support shop di berbagai negara. Hasilnya pada tahun 2005 HP tinggal bernilai 70 miliar dan terus menurun hingga pada tahun 2012 hanya tersisa USD 23 miliar.

5. Komputer tidak akan menggantikan pekerjaan manusia

Manusia dan komputer berkomplemen, mereka tidak dapat saling menggantikan, pada 2012 Google membuat proyek computer-for-human substitution, setelah melakukan scanning pada 10 juta video di Youtube, superkomputer milik google hanya bisa mengidentifikasi kucing dengan tingkat akurasi 75%, sedangkan manusia, anak-anak yang baru berumur empat tahun sudah bisa melakukan hal ini. Maka dari itu jangan mencoba membuat startup yang menggantikan insting manusia.
Contohnya apa yang dilakukan LinkedIn hanya memberikan fasilitas untuk recruiter dari berbagai perusahaan untuk mencari karyawan-karyawan potensial, apabila LinkedIn berusaha menggantikan para recruiter untuk membantu perusahaan mencari karyawan tentu mereka tidak akan memiliki bisnis sebesar ini sekarang.

Kesimpulan

Selain hal-hal menarik diatas, masih banyak lagi hal-hal yang perlu diketahui oleh calon startup founder dibuku ini. Bahkan Peter Thiel menjelaskan beberapa hal yang bersifat cukup teknis. Seperti bagaimana merekrut karyawan untuk startup? Bagaimana pembagian saham bagi para founder? Hingga bagaimana marketing sebuah startup.
Cut Meurah Rudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki