Halo IdeNovator!
Oh iya, post kali ini formatnya agak beda dari biasanya, disini saya akan lebih bercerita tentang pengalaman saya sendiri. #curhat
So, disimak aja ya!
Selama ini, saya selalu menganggap diri saya adalah orang yang terlalu serius dan kaku. Saya merasa kesulitan untuk mempunyai teman yang akrab.
Ya, saya bukan orang yang terbuka. Saya lebih senang untuk menjaga jarak dengan orang lain.
Karena itu, kadang saya juga merasa sendirian. Ketika saya sedang ada masalah, saya tidak bisa cerita ke siapa-siapa.
Setelah saya mencoba untuk merenung, saya menemukan akar masalah dari diri saya ketika berhadapan dengan orang lain.
Ego saya membuat diri saya merasa lebih hebat dari orang lain.
Yang saya maksud dengan lebih hebat adalah saya merasa bahwa saya harus memberikan sebuah value lebih dari diri saya kepada orang lain setiap saat.
Terkadang hal itu baik, namun sering kali, merasa bahwa diri kita spesial itu membatasi saya dalam berhubungan dengan orang lain.
Contohnya, karena saya selalu merasa “harus” memberi lebih, ketika saya sedang terkena masalah, saya merasa tidak enak untuk cerita dan minta tolong kepada orang lain.
Lebih buruknya lagi, ketika ada orang yang cerita kepada saya, saya sering kali tidak benar-benar mendengarkan dan memahami orang tersebut. Saya malah berusaha untuk menonjolkan apa yang saya tahu dan selalu mencoba memberikan nasehat.
Jadi pada akhirnya orang pun menganggap saya “ngga asik” dan merasa kalo mau ngobrol sama saya harus membahas sesuatu yang serius.
Saya yakin bukan hanya saya yang mempunyai masalah yang sama. Kalian disini juga ada yang merasa seperti itu kan?
Terus harus gimana dong?
Nah, kebetulan minggu lalu saya membaca sebuah buku berjudul “The Book of Joy” yang dibuat oleh Dalai Lama dan Desmond Tutu, dua orang pemimpin spiritual yang telah memenangkan penghargaan nobel perdamaian.
Singkatnya, buku ini membahas tentang kebahagiaan, halangan untuk mencapai kebahagiaan, dan 8 pilar utama kebahagiaan. Salah satu dari 8 pilar tersebut menceritakan tentang humility atau kerendahan hati.
Posisikan Dirimu Sama Seperti Orang lain
Ternyata ketika kita merasa diri kita lebih spesial dari orang lain, itu sama aja kaya kita membuat benteng antara diri kita dengan orang lain.
Benteng itu menjadi salah satu penyebab yang menghalangi kita untuk menjadi bahagia. Karena benteng itu juga seseorang bisa saling sulit percaya satu sama lain.
Dalai Lama menjelaskan jika kita memposisikan diri kita sama seperti orang lain, satu dari 7 milyar orang di dunia, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menjaga jarak dari orang lain.
Ketika Dalai Lama bertemu dengan seorang raja, presiden, ataupun perdana mentri, ia selalu memposisikan dirinya sama dengan mereka.
Sama-sama manusia yang punya tujuannya masing-masing dan ingin menjadi bahagia. Oleh karena itu, ia selalu memperlakukan orang lain seperti teman dekatnya.
Setelah saya praktekan secara langsung, saya menjadi bisa lebih mudah untuk membuka diri dan bercerita tentang kekurangan ataupun masalah kepada orang lain.
Secara natural hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling percaya dan respect kepada satu sama lain.
Memang awalnya pasti sulit, saya pun merasa sangat ragu untuk menulis post ini. Namun saya percaya, post ini dapat menginspirasi orang lain untuk jadi lebih baik.
Kesimpulan
Poin yang saya ingin sampaikan dari post kali ini adalah jika kamu merasa berbeda dengan orang lain baik inferior ataupun superior, cobalah posisikan dirimu sama seperti orang lain. Baik secara intelektual, emosional ataupun spritual.
Lepaskan dirimu dari benteng yang membatasi kamu untuk berbagi dengan orang lain. Bukalah dirimu, berbagilah dengan tentang ceritamu, dan jadilah dirimu sendiri!
Oh iya, kalo kamu punya pengalaman yang serupa atau pertanyaan, jangan lupa ceritakan di kolom komentar ya!
Terima kasih !
An avid learner that passionate on reading, thinking, and writing. Student at Entrepreneurship SBM ITB.
About the author
Gilang Agustiar |
An avid learner that passionate on reading, thinking, and writing. Student at Entrepreneurship SBM ITB.
Komentar
Posting Komentar