Halo IdeNovator!
Gue pertama kali denger nama Simon Sinek pada sebuah video TED Talks yang berjudul “How Great Leaders Inspires Action“. Simon membawakan sebuah konsep yang bernama The Golden Circle.
Pada dasarnya konsep ini menjelaskan tentang kekuatan dari sebuah why untuk menginspirasi orang banyak. Gue sangat menikmati menonton video tersebut dan merasa bahwa konsep ini sangat menarik dan bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Di bukunya yang berjudul Start With Why ini, Simon menjelaskan secara lebih dalam tentang konsep The Golden Circle tersebut.
Oh iya sebelumnya gue pengen ngejelasin sesuatu dulu. Gue ngga mau ngetranslate “WHY” jadi “kenapa”, “HOW” jadi “bagaimana”, dan “WHAT” jadi “apa”. Alasannya sederhana, gue ngga pengen esensi dari WHY-HOW-WHAT ini hilang ketika gue translate.
So, tetep dinikmati aja ya bacanya. Terima kasih atas pengertiannya!
The Golden Circle
Sebelum gue menjelaskan lebih lanjut, gue akan bertanya sebuah pertanyaan:
Siapa yang tahu apa yang menyebabkan iPhone dapat mengalahkan para pesaingnya seperti Samsung, HTC, LG dan merek lainnya?
Siapa yang tahu apa yang menyebabkan iPhone dapat mengalahkan para pesaingnya seperti Samsung, HTC, LG dan merek lainnya?
Apakah produk mereka lebih baik? atau apa karena mereka menjual lifestyle? Mungkin, tapi bukan itu yang gue maksud.
Pada dasarnya mereka menjual produk smartphone yang sama-sama canggih, sama-sama bisa nelpon, internetan juga bisa, kamera udah sama-sama super jernih. Terus kenapa penjualan iPhone bisa sangat tinggi?
Menurut Simon, perbedaannya adalah terletak pada WHYnya. Apple adalah perusahaan yang dari awal mengkomunikasikan alasan kenapa mereka didirikan. Apple selalu mengatakan bahwa mereka adalah perusahaan yang mencoba untuk mendobrak status quo, berusaha untuk melampaui batas. WHY tersebut dikomunikasikan secara jelas. Ngga seperti perusahaan lain yang biasanya mengkomunikasikan produknya dari WHATnya terlebih dahulu baru kemudian HOW dan bahkan terkadang melupakan WHYnya.
“People don’t buy what you do, they by why you do it.”– Simon Sinek
Menurut Simon, orang itu bukan ngebeli apa produk lu, tapi yang mereka beli adalah alasan kenapa lu menjual itu.
Di Metagraf ini, gue juga berusaha untuk memulai sesuatu dari WHYnya terlebih dahulu. Nah coba sekarang kita cek, menurut kalian lebih enak mana:
- Metagraf adalah sebuah website tentang buku. (WHAT)
- Metagraf percaya bahwa apabila generasi muda di Indonesia gemar membaca, akan tercipta generasi yang produktif yang siap memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Metagraf berusaha untuk menginspirasi generasi muda di Indonesia untuk membaca dengan cara memberikan tulisan rangkuman dari berbagai macam buku. (WHY -> HOW)
Pasti lebih enak kedengeran yang kedua kan? Meski yang pertama terlihat lebih aman, tapi penyampaian seperti itu ngga akan menginspirasi banyak orang. Sedangkan yang kedua mungkin akan lebih menjadi magnet untuk orang lain.
Dalam menjalankan sebuah bisnis juga seperti itu, terkadang kita sering lupa atau bahkan ngga tau tentang alasan kenapa kita memulai bisnis tersebut. Ketika hanya berusaha untuk menjual WHAT, kita hanya akan melakukan “manipulasi” seperti perang harga untuk membuat orang lain membeli produk kita. Taktik ini mungkin bisa bikin orang beli dalam jangka pendek, tapi ngga bagus buat juga profit kita kalo keseringan.
Sedangkan apabila kita fokus untuk menceritakan dan membuat pembeli percaya terhadap WHY kita, kita akan membangun kepercayaan mereka. Kepercayaan tersebut kemudian akan menjadi loyalitas. Pada bisnis, loyalitas itu penting untuk penyebaran informasi dari mulut ke mulut.
How To Find Our Why
Nah, sekarang udah pada tau kan gimana sebuah kekuatan dari sebuah WHY? Terus gimana kalo kita belum tau WHY kita? Gimana sih cara nyarinya?
Mencari WHY ini sama aja kaya mencari passion, tujuan ataupun visi. Semuanya sama-sama butu proses dan harus ditemukan. Menurut Simon, “Finding WHY is a process of discovery, not invention.” Jadi, kita mungkin sebenernya udah tau apa WHY kita pada level tertentu, kita hanya perlu menemukannya aja.
Ada 3 cara yang bisa kita lakukan untuk memudahkan kita mengetahui WHY tersebut:
1. Look Backwards
Coba kita pikir tentang sebenarnya tujuan awal kita apa sih dalam melakukan sesuatu? Apa masalah spesifik yang ingin kita coba pecahkan dan kenapa masalah tersebut penting untuk dipecahkan?
2. Look Outwards
Tanya orang-orang terdekat kita. Atau tanya orang-orang yang membeli produk kita. Mintalah pendapat dengan jujur tentang pendapat mereka. Jawaban dari mereka itu akan menjadi insight berharga buat kalian menemukan WHY tersebut.
3. Look Inward
Menurut Simon, sebuah bisnis yang baik itu mempunyai suatu sudut pandang tentang dunia. Maksudnya adalah kontribusi apa sih yang mereka berikan kepada dunia dengan melakukan bisnis tersebut. Ngga perlu sesuatu yang terlalu besar kaya memusnahkan HIV/AIDS (kalo emang sanggup gapapa sih hehe). Mulailah sesuatu yang dapat menginspirasi diri kalian sendiri. Contohnya kalo Metagraf adalah “Menginspirasi generasi muda Indonesia untuk membaca”.
Kesimpulan
Ternyata cara kita mengkomunikasikan sesuatu itu berpengaruh banget sama hasil yang kita terima. Jadi, jangan pernah anggap sepele masalah WHY ini, terutama dalam bisnis. Gue akan menutup tulisan kali ini dengan sebuah quotes yang ada dalam buku ini:
“There are only two ways to influence human behavior: you can manipulate it or you can inspire it.”– Simon Sinek
So, let’s inspire others with your WHY!
About the author
Gilang Agustiar |
An avid learner that passionate on reading, thinking, and writing. Student at Entrepreneurship SBM ITB.
Komentar
Posting Komentar