Langsung ke konten utama

Pola Yang Dimiliki Setiap Pengusaha Sukses

Halo IdeNovator!

Dua minggu lalu, ketika gue lagi iseng-iseng buka youtube, gue menemukan sebuah video berjudul “Chris Guillebeau: “The $100 Startup” | Talks at Google”. Video ini dipost sekitar 3 tahun yang lalu dan berdurasi sekitar 40 menit.
Walaupun cukup memakan waktu yang lama, gue merasa enjoy nontonnya. Soalnya gue jadi ngerasa kaya salah satu karyawan Google yang ikutan Talks tersebut hahaha.
Kalo dipikir-pikir kebiasaan karyawan Google ini keren banget! Soalnya, lagi makan siang aja mengundang author-author dari buku best-seller untuk ngadain talks tentang bukunya. Contohnya adalah Chris Guillebeau ini.
Singkat cerita, gue tertarik sama buku ini awalnya karena mendengarkan cerita Chris yaitu ketika ia berumur 35 tahun, ia udah pernah keliling dunia. Literally seluruh negara di dunia. 193 negara. Entah kenapa gue selalu kagum dan mengapresiasi orang yang berhasil menghidupi dan menggapai mimpinya.
Tapi, buku ini ngga menceritakan kisah perjalanannya, melainkan kisah-kisah para microentrepreneur sukses yang ia dapatkan dari perjalanannya ke seluruh dunia.
Kisahnya pun sangat banyak dan unik-unik. Mulai dari seorang pekerja kantoran yang harus di PHK dan menjadi penjual kasur (iya, kasur tempat kita tidur) online, Hingga seorang yang memiliki pendapatan diatas $50.000 per bulan karena mengadakan kursus agar kita mahir Microsoft Excel. Iya, aplikasi spreadsheet yang sampe sekarang pun gue cuman bisa fungsi SUM dan AVERAGE hahaha
Buku ini bercerita banyak sekali contoh-contoh lainnya. Dari cerita-cerita tersebut, gue bisa melihat pola yang dilakukan oleh orang-orang biasa tersebut sehingga mereka sukses yaitu:

1. Memiliki Passion Yang Bernilai Untuk Orang lain

Ngga semua passion yang kita punya itu bernilai untuk orang lain. Contohnya gue mungkin bisa aja sangat passionate sama dengerin lagu. Tapi, ngga akan ada orang yang mau bayar gue buat dengerin lagu dong? Nah, passion yang bernilai untuk orang lain ini adalah ketika skill yang kita punya bersinggungan dengan kegunaannya untuk orang lain. Contohnya ketika gue passion nulis, dan ada orang yang mau bayar gue buat nulis, disitulah microbusiness bisa gue buat.

2. Dimulai dari Sebuah Tekanan Finansial

Kalo istilah yang lebih kalian paham mungkin “The Power Of Kepepet” kali ya. Terkadang di PHK oleh bos atau ditolak sama perusahaan tempat kerja akan memberikan kita dorongan untuk memulai sebuah microbusiness tersebut. Ngga perlu usaha yang langsung besar, mulailah usaha kecil-kecilan yang sesuai dengan passion kita.

3. Memiliki Tekad Belajar Yang Tinggi

Banyak orang-orang yang menjadi contoh di buku ini bukan berasal dari background bisnis ataupun ngga pernah ngambil sekolah bisnis manapun. Tekad belajar yang tinggi untuk membuat produk, melakukan marketing, public relation, dan ilmu bisnis lainnya itu sangat penting untuk microentrepreneur.

4. Selalu Berkembang Dan Tidak Takut Gagal

Ketakutan mengalami kegagalan yang selalu membayang-bayangi akan menyebabkan diri kita untuk cepat berkembang. Padahal, kegagalan itulah yang terkadang menjadi titik balik dan membuat usaha kita berkembang dengan pesat.

5. Membagi Waktu Bekerja dan Networking

Untuk membuat produk atau jasa kita memang harus bekerja dengan keras. Tapi jangan lupa juga untuk networking dan mempromosikan produk kita kepada orang lain. Pada buku ini Chris menyebut metode self-promotion dengan sebutan “Hustling”. Jadi setiap harinya ada dua buah list yang ia kerjakan yaitu: hal yang ingin ia kerjakan dan siapa orang yang akan ia ajak bicara. Berbicara dengan klien adalah bagian dari pekerjaan founder, bukan sesuatu yang harus dioper ke orang lain.
Dimanapun kalian berada, ngga ada waktu yang lebih baik buat mulai sebuah bisnis selain sekarang. Jadi, kapan kalian mau mulai bikin usaha?


About the author
Gilang Agustiar

An avid learner that passionate on reading, thinking, and writing. Student at Entrepreneurship SBM ITB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki