Langsung ke konten utama

To-Do List + Don’t-Do List: Pedoman Singkat Untuk Efisiensi Waktu

Halo IdeNovator!

Kamu sibuk? Ya, mungkin kita semua sibuk melakukan banyak hal setiap harinya.
Semua kesibukan itu menuntut kita untuk berperilaku disiplin, dan salah satu hal yang identik dengan perilaku disiplin adalah membuat “To-Do List”. Kita sudah tidak asing lagi dengan membuat daftar hal-hal yang harus kita lakukan dalam satu hari atau jangka waktu tertentu. Daftar tersebut membuat keseharian kita lebih terarah karena kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan.
Namun, kemudian muncul masalah. “Saya sudah membuat To-do list, tapi saya seringkali tidak bisa menyelesaikan apa yang ada pada daftar saya dalam waktu yang sudah ditentukan”. Masalah tersebut umum dihadapi oleh kita semua. Lantas, apakah itu berarti kita tidak disiplin? Apakah ada solusi untuk menghadapi masalah tersebut?
Tenang! Ada solusinya
Jim Collins, dalam bukunya yang berjudul “Good to Great”, memaparkan sejumlah rahasia yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan hebat. Salah satu yang mereka lakukan adalah membuat daftar “hal yang harus berhenti dilakukan”, dan tentu saja mereka konsisten menghindari apa yang tertulis di daftar tersebut sebagaimana konsistensi mereka menjalankan daftar “apa yang harus dilakukan”. Hal ini tentu saja akan mengurangi sumberdaya yang terbuang sia sia dan mengalihkannya untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Kita bisa melihat contoh kasusnya dari perusahaan dalam negeri kita, Garuda Indonesia. Tahukah kamu bahwa maskapai kebanggan kita itu dulu pernah terancam bangkrut? Pada tahun 2005, jumlah utang Garuda adalah $661 juta dollar AS, dan kerugian pada tahun tersebut sebesar Rp. 688,5 miliar. Pesawat-pesawat milik garuda pun terancam disita.
Saat Emirsyah Satar datang untuk menyelamatkan Garuda, hal yang pertama ia lakukan adalah membuat daftar hal yang membuang-buang sumber daya Garuda secara sia-sia lalu menghentikannya. Salah satunya ia menghapus rute-rute wisata populer yang sebenarnya membuat Garuda merugi seperti rute Denpasar-Darwin. Ia juga menghapus fasilitas tiket gratis yang diterima oleh karyawan Garuda. Meskipun kebijakan tersebut banyak mendapatkan tentangan baik dari eksternal maupun internal Garuda, Hal ini tetap dijalankan Emir sebagai langkah awal dalam membenahi Garuda hingga akhirnya menjadi maskapai ternama seperti sekarang.
Kembali lagi kepada masalah awal, kita bisa menerapkan trik di atas pada kehidupan kita sehari-hari. Mari kita sebut ini dengan “don’t-do list”. Ketika kita tidak dapat menyelesaikan to-do list kita sesuai target, mungkin ada yang salah dengan pemakaian waktu kita. Itu berarti sudah saatnya kita mencatat hal-hal apa saja yang seharusnya tidak kita lakukan dan menulisnya dalam don’t-do list. Dengan begitu, kita bisa membuang hal-hal sampah yang memakan waktu kita dan mengalokasikan waktu tersebut untuk menyelesaikan to-do list kita.
Sebagai contoh, kita merasa kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah, mempelajari materi untuk ujian, dan melaksanakan amanah sebagai anggota organisasi. Di sisi lain, ternyata kita masih bisa bermain game duel otak, menonton drama korea, dan bergosip ria di group line. Sudah tahu dong, apa yang harus kita lakukan? Yap! Pilih mana diantara kegiatan tersebut yang membuang waktu kita dan catat ke dalam don’t-do list. Tak hanya untuk kegiatan yang membuang waktu, kita juga bisa menambahkan hal yang mengganggu kinerja kita. Misalnya, kita tahu kita akan sakit perut ketika makan makanan pedas, dan sakit perut akan mengganggu kinerja kita. Maka jangan lupa masukkan pula “makan makanan pedas” ke dalam don’t-do list kita.

Kesimpulan

Yang terpenting, kita harus konsisten menghindari apa yang ada dalam don’t-do- list kita sebagaimana kita konsisten menjalankan isi to-do list kita. Niscaya konsumsi kita terhadap waktu akan lebih efisien dan apapun yang kita kerjakan bisa selesai sesuai waktunya
Semoga bermanfaat, and Have a nice day!
Referensi:
James C. Collins. 2001. Good to Great : Why Some Companies Make the Leap and Others Don’t. Willam Collins. USA.
Rhenald Kasali. 2014. From One Dollar To Billion Dollars Company. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Indonesia.
- Muhammad Dhiya Ul-Haq

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power Pose: Menjadi Percaya Diri Dalam 2 Menit

Halo IdeNovator! Kurang percaya diri. Sebuah masalah yang dialami oleh banyak orang, termasuk gue sendiri. Mulai dari ngga percaya diri ketika mau public speaking, mulai kenalan sama orang lain, ataupun inisiatif buat menyampaikan ide. Salah satu momen yang paling gue ingat dalam hidup gue adalah ketika gue mengikuti lomba marketing plan yang diadakan oleh salah satu konsultan marketing di Indonesia. Waktu itu, tim gue sempet lolos babak 16 besar dan harus presentasi di depan beberapa para juri yang merupakan ahli di bidangnya. Gue ngerasa ngga siap banget waktu itu, mulai dari materi yang kurang dipersiapkan dan juga karena itu juga merupakan pengalaman pertama gue buat berbicara di depan umum. Gue ngerasa deg-degan banget dan rasanya udah hampir keringet dingin pas naik diatas panggung. Alhasil, kurangnya percaya diri ini menyebabkan gue ngomong gelagapan dan terlihat ngga jelas. Ya, tim gue ngga lolos ke babak berikutnya dan gue merasa bersalah karena mengecewakan teman-tem

Impostor Syndrome: Perasaan Ragu Terhadap Diri Sendiri

Halo IdeNovator! Seperti yang kalian ketahui, beberapa saat yang lalu Metagraf sempat istirahat tanpa posting selama satu bulan. Sebenarnya, penyebab utamanya adalah karena pada saat itu, saya mulai merasa ragu dengan kemampuan saya menulis. Perasaan yang saya alami itu biasa disebut dengan istilah  self-doubt . Dalam bentuk lain, perasaan  self-doubt  ini dikenal dengan istilah Impostor Syndrome, yaitu ketika seorang yang sebenarnya kompeten/berpengalaman, merasa bahwa dirinya tidak benar-benar tau apa yang ia lakukan. Berdasarkan pengalaman saya, perasaan tersebut sangatlah mematikan. Impostor Syndrome telah membuat saya jadi berhenti berkarya dan kehilangan momentum dalam menulis. Tidak hanya saya, sejak pertama kali istilah  Impostor Syndrome  ini di temukan pada tahun 1978, telah tercatat bahwa 70% dari populasi manusia di seluruh dunia pernah merasakannya. Bahkan para mahasiswa di universitas papan atas dunia seperti  Harvard, Yale, Stanford  dan  MIT  pun merasakan ha

Tips Meningkatkan Kecepatan Membaca

Halo IdeNovator! Beberapa minggu lalu, gue pernah menulis artikel yang berjudul:  Rahasia Membaca Satu Buku Setiap Minggu . Nah, di artikel itu gue sempet ngejanjiin akan menulis tentang gimana sih tips meningkatkan kecepatan membaca tanpa mengurangi komprehensi kita dalam membaca. Sebelum gue menjelaskan tentang  step-step nya, perlu diketahui bahwa  membaca cepat ini ngga bisa instan.  Dibutuhkan latihan-latihan setiap harinya. Pada awalnya membaca cepat ini juga akan terasa sedikit susah karena mata kita belum terbiasa untuk bergerak dengan cepat dan membaca lebih banyak kata sekaligus. Jadi, lakukanlah latihan membaca cepat dengan teratur agar nanti membaca cepat bisa menjadi kebiasaan yang secara otomatis kita lakukan. Oh iya, pengen ngejelasin juga bahwa  kita ngga harus membaca cepat untuk semua buku.  Ada beberapa jenis buku yang emang kita bisa ngelakuin baca cepat dengan mudah, namun ada juga buku yang akan lebih enak bacanya kalo dihayati secara perlahan. Jadi, ki